PROTON



Sebenarnya ini bukan masalah pabrikan mobil mana yang dijadikan partner untuk membuat mobnas. Tapi karena proton ini dari Malaysia. Itu saja...
Nama itu sudah cukup membuat panas telinga mereka yang selama ini merasa harga dirinya sebagai anak bangsa selalu diinjak dan diremehkan. Dan sesudah lama diinjak, tiba2 mereka dijadikan pasar.
Seharusnya Malaysia juga memahami isu sensitif ini, dan jangan juga marah kalau sedikit yang membeli mobnas nantinya sehingga merugi sesudah investasi triliunan rupiah disini.
Tapi positifnya, orang seperti Dahlan Iskan akan terpancing dan panas hatinya. Mobil listrik yang sudah lama ia kembangkan, akan ia tingkatkan kemampuan dan tehnologinya. Tanpa embel2 "nasional', ia akan survive karena memang energi alternatif adalah masa depan.
Seperti yang ia katakan pada waktu menjadi Menteri dulu, "Untuk apa membuat mobil dengan bahan bakar minyak ? Kita tidak mungkin mengejar ratusan tahun ketertinggalan kita dari Amerika, Jepang dan Eropa. Tapi kalau tehnologi mobil listrik, start kita sama..."
Indonesia dan Malaysia pada sisi apapun bersaing dengan ketat, kadang seperti perang. Seperti perangnya Bonek dan Jakmania. Seperti Persib dan Arema.
Kita punya andil untuk memainkan perang ini. Ketika ada yang menawarkan proton dengan mulut berbusa, kita cukup meminum kopi di showroom-nya dan berkata, "Maaf, mobil buat saya adalah status dan bukan hanya fungsi. Dan mobil Malaysia sama sekali tidak meningatkan status saya.."
Dan kita keluar sambil menaiki Gendhis, mobil listrik sekelas Toyota Alphard yang memang buatan putra terbaik Indonesia.